RSS

Minggu, 26 Desember 2010

“Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur

Gus Dur (Abdurrahman Wahid), pasti kita sudah mengenal beliau. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok beliau yang sarat pemikiran cemerlang. Salah satu kenang-kenangan dari Gus Dur adalah Syi’ir ‘tanpo waton’. Syi’ir (Syair) ini merupakan sedikit oleh-oleh pemikiran islam beliau bagi segenap umat islam pada khususnya.

13004427371375524051

Gus Dur

Dalam syi’ir ini, beliau berbagi ilmu, kritik bagi sesama muslim, dan banyak hal yang beliau berikan dalam beberapa baris syair. Dari ajakan untuk tidak sekedar membaca Al-Qur’an, namun juga seharusnya kita belajar memahami isinya. Mengkritisi pihak-pihak yang (suka) mengkafirkan orang lain namun tidak memperhatikan kekafiran dirinya sendiri. Dan masih banyak pesan lainnya bagi kita semua.

Sebelumnya, mungkin sudah ada yang posting tentang syi’ir ini di kompasiana. Namun kiranya posting saya ini dapat juga bermanfaat bagi semua. Pemikiran Gus Dur terus dikembangkan dan dipelajari, ada banyak tokoh yang konsisten meneruskan pemikiran beliau, dan melalui facebook, Bapak A.S Hikam berusaha menjaganya disini. Bagi yang berminat untuk mendengarkan alunan Syi’ir Tanpo Waton dengan suara (Alm) Gus Dur dan jama’ah dapat download disini. Dan berikut adalah lirik Syi’ir Tanpo Waton tersebut yang saya copas dari Ustadz Dafid Fuadi.

أَسْتَغْفِرُ اللهْ رَبَّ الْبَرَايَا * أَسْتَغْفِرُ اللهْ مِنَ الْخَطَايَا

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا نَافِعَا * وَوَفِّقْنِي عَمَلاً صَالِحَا

ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ * يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ

عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ * ( يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ


Ngawiti ingsun nglaras syi’iran …. (aku memulai menembangkan syi’ir)

Kelawan muji maring Pengeran …. (dengan memuji kepada Tuhan)

Kang paring rohmat lan kenikmatan …. (yang memberi rohmat dan kenikmatan)

Rino wengine tanpo pitungan 2X …. (siang dan malamnya tanpa terhitung)

Duh bolo konco priyo wanito …. (wahai para teman pria dan wanita)

Ojo mung ngaji syareat bloko …. (jangan hanya belajar syari’at saja)

Gur pinter ndongeng nulis lan moco … (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)

Tembe mburine bakal sengsoro 2X …. (esok hari bakal sengsara)

Akeh kang apal Qur’an Haditse …. (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)

Seneng ngafirke marang liyane …. (senang mengkafirkan kepada orang lain)

Kafire dewe dak digatekke …. (kafirnya sendiri tak dihiraukan)

Yen isih kotor ati akale 2X …. (jika masih kotor hati dan akalnya)


Gampang kabujuk nafsu angkoro …. (gampang terbujuk nafsu angkara)

Ing pepaese gebyare ndunyo …. (dalam hiasan gemerlapnya dunia)

Iri lan meri sugihe tonggo … (iri dan dengki kekayaan tetangga)

Mulo atine peteng lan nisto 2X … (maka hatinya gelap dan nista)

Ayo sedulur jo nglaleake …. (ayo saudara jangan melupakan)

Wajibe ngaji sak pranatane … (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)

Nggo ngandelake iman tauhide … (untuk mempertebal iman tauhidnya)

Baguse sangu mulyo matine 2X …. (bagusnya bekal mulia matinya)

Kang aran sholeh bagus atine …. (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)

Kerono mapan seri ngelmune … (karena mapan lengkap ilmunya)

Laku thoriqot lan ma’rifate …. (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)

Ugo haqiqot manjing rasane 2 X … (juga hakikat meresap rasanya)

Al Qur’an qodim wahyu minulyo … (Al Qur’an qodim wahyu mulia)

Tanpo tinulis biso diwoco … (tanpa ditulis bisa dibaca)

Iku wejangan guru waskito … (itulah petuah guru mumpuni)

Den tancepake ing jero dodo 2X … (ditancapkan di dalam dada)

Kumantil ati lan pikiran … (menempel di hati dan pikiran)

Mrasuk ing badan kabeh jeroan …. (merasuk dalam badan dan seluruh hati)

Mu’jizat Rosul dadi pedoman …. (mukjizat Rosul(Al-Qur’an) jadi pedoman)

Minongko dalan manjinge iman 2 X … (sebagai sarana jalan masuknya iman)

Kelawan Alloh Kang Moho Suci … (Kepada Alloh Yang Maha Suci)

Kudu rangkulan rino lan wengi ….. (harus mendekatkan diri siang dan malam)

Ditirakati diriyadohi … (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)

Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X … (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)

Uripe ayem rumongso aman … (hidupnya tentram merasa aman)

Dununge roso tondo yen iman … (mantabnya rasa tandanya beriman)

Sabar narimo najan pas-pasan … (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)

Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X … (semua itu adalah takdir dari Tuhan)

Kelawan konco dulur lan tonggo … (terhadap teman, saudara dan tetangga)

Kang podho rukun ojo dursilo … (yang rukunlah jangan bertengkar)

Iku sunahe Rosul kang mulyo … (itu sunnahnya Rosul yang mulia)

Nabi Muhammad panutan kito 2x …. (Nabi Muhammad tauladan kita)

Ayo nglakoni sakabehane … (ayo jalani semuanya)

Alloh kang bakal ngangkat drajate … (Allah yang akan mengangkat derajatnya)

Senajan asor toto dhohire … (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)

Ananging mulyo maqom drajate 2X … (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah)

Lamun palastro ing pungkasane … (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)

Ora kesasar roh lan sukmane … (tidak tersesat roh dan sukmanya)

Den gadang Alloh swargo manggone … (dirindukan Allah surga tempatnya)

Utuh mayite ugo ulese 2X … (utuh jasadnya juga kain kafannya)


ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ * يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ

عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ * يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ

Semoga bermanfaat,

Selasa, 21 Desember 2010

Selamat Hari IBU

Kapan Tepatnya Hari Ibu ?

Pada tanggal 22 Desember 1928 organisasi-organisasi perempuan mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta dan membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani), kongres berikutnya diadakan di Jakarta dan Bandung.

Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional, hingga kini.

Betapa Besar semangat dan perjuangan seorang Ibu, dia yang telah menjaga dan membesarkanku hingga aku menjadi sekarang ini.

Doaku semoga ibu bahagia selalu...


Senin, 20 Desember 2010

orang buta dan lampu

Seorang buta berjalan membawa gentong diatas pundaknya sambil menenteng lampu.

Berjalan menuju sungai untuk mengisi gentong itu.

Seseorang yang melihatnya berkata,”Wahai orang buta. Malam hari akan siang hari sama saja bagimu.

Lalu apa manfaat lampu itu? Orang buta itu menjawab,”Hai orang yang suka mencampuri urusan orang lain!!

Lampu ini kuperuntukan kepada orang yang buta hati, agar ia tidak terpeleset atau menabrakku.”

Bisnis besar

Seorang pemuda mengirim ayahnya sehelai baju hangat yang dibelinya seharga 200 dollar.Supaya ayahnya tidak ribut, ia mengatakan bahwa harga baju itu hanya 10 dollar. Seminggu kemudian ayahnya menelepon,”Wah luar biasa!!” serunya, ”Baju itu berhasil kujual 25 dolla”r.

Ini bisnis besar, cepat kirim selusin lagi!!”.

(Buah dari berbohong).

jangan tersenyum padaku

Pagi yang cerah kala mentari menjamahku dengan sinarnya yang elok.."Assalamualaikum da..." seruku."Wa'alaikumuslam akh, hati2 di jalan" jawab senior di wismaku.. Adalah setiap hari kaki ini melangkah sejauh ratusan meter menuju halte bus kampus..Setiap hari juga ku menemukan perempuan-perempuan berjilbab itu..Mereka dari wisma akhwat (dari fakultas ekonomi) yang tak jauh dari wismaku..Ada yang aneh dengan mereka (kurasa), tak ada sedikit tegur sapa dengan kami,.Suatu ketika iseng-iseng ku bertanya pada temanku.. "kenapa setiap berpapasan dengan akhwat-akhwat itu mereka tak sedikit pun mengacuhkan kita?""ah, bukankah memang tak baik menghiraukan kita?""kenapa kau juga bertanya?""kau yang menanyaku!" Ah, apa2an itu. lalu seorang lagi dari kami berkata.."lalu apa yang akan kau lakukan jikalau mereka memang menyapa kita?""aku akan tersenyum saja""justru itu!""apa?""justru karena mereka tak ingin kau menebar senyum itu"

Woi Laki-laki, gue masih gadis nih !!!

Karya Mr Anas ayahara

Di Sebuah ruang tengah
Bang Kampleng memperhatikan adiknya berdandan memakai jilbab berwarna merah muda, celana jeans, berbaju ketat membentuk jilbab ketat berubah jd jilbab rapi n syariatlekuk tubuh.

” mo kemane lu? Pake jilbab tapi pamer body gitu” kata kampleng menyapa adiknya Nadia

“ye… mau kuliah bang… emang nape?” jawab nadia sambil mengikat tali sepatunya

“perasaan bajulu makin lama makin banyak yang ketat-ketat gitu”

“ye.. Biarin bang, Nadia kan masih kuliah n single, masak pake baju nenek2, nenek2 aje ada yang pake baju ketat”

“jadi maksudlu, karena masih single elu pake baju begitu, ikut2an temen2lu? Takut dibilang n keliatan tua, terus elu takut nggak laku? Kata kampleng sambil matanya hampir mau keluar bin melotot

(nadia terdiam)

“kalu begitu, elu berfikir bahwa dapat jodoh itu tergantung baju ketat, bukan tergantung keputusan Allah? Buktinya si Echi temen SMA elu, die pake baju jilbab longgar sopan rapi sudah nikah duluan n sekarang sudah punya anak dua, elu sama dia kan sama2 cantik”

(nadia kembali terdiam)

“Jadi nggak perlu baju ketat memamerkan lekuk tubuh untuk menunjukkan: woiii laki laki gue masih single lho…., ” kata kampleng

“jadi abang kampleng mau cariin Nadia jodoh nih? ” kata Nadia

“ye iye mau aja, elu nya aja nggak pernah bilang sih, mana abang tau kalau elu kebelet kawin, entar kalau langsung abang kenal2in elu nggak mau lagi, kan nggak enak sama teman2 gue”

“oke bang, Nadia ganti baju dulu” Kata Nadia sambil ngibrit ke Kamarnya

Merayakan Ulang Tahun Anak

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Soal: Bagaimana hukum yang berkaitan dengan perayaan hari ulang tahun perkawinan dan hari lahir anak-anak ?

Pertanyaan ini dijawab oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Jawaban : Tidak pernah ada (dalam syar’iat tentang) perayaan dalam Islam kecuali hari Jum’at yang merupakan Ied (hari Raya) setiap pekan, dan hari pertama bulan Syawaal yang disebut hari Ied al-Fitr dan hari kesepuluh Dzulhijjah atau disebut Ied Al-Adhaa – atau sering disebut hari ‘ Ied Arafah – untuk orang yang berhaji di ‘Arafah dan hari Tasyriq (tanggal ke 11, 12, 13 bulan Dzul-Hijjah) yang merupakan hari ‘Ied yang menyertai hari Iedhul ‘Adhaa.

Perihal hari lahir orang-orang atau anak-anak atau hari ultah perkawinan dan semacamnya, semua ini tidak disyariatkan dalam (Islam) dan merupakan bid’ah yang sesat. (Syaikh Muhammad Salih Al ‘ Utsaimin)

Sumber :
Al-Bid’u wal-Muhdatsaat wa maa laa Asla Lahu- Halaman 224; Fataawa fadhilatusy-Syaikh Muhammad As-Saalih Al-’Utsaimin- Jilid 2, Halaman 302.

Dicopy dari unofficial salafy.or.id offline.

(Diterjemahkan dari tulisan Syaikh Muhammad As-Saalih Al-’Utsaimin, url sumber http://www.fatwaonline.com/fataawa/innovations/celebrations/cel003/0010428_1.htm oleh tim Salafy.or.id)

Hukum Menonton Sinetron di Televisi

Soal:
Apakah hukum menonton acara sinetron berseri yang disiarkan di televisi?

Jawab:
Wajib bagi seorang muslim untuk menjaga waktunya dengan menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya, karena dia bertanggung jawab dengan waktu yang dia habiskan. Bagaimana dia habiskan waktu tersebut?

Allah ta’ala berfirman,

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ

Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir (Faatir: 37)

Dan di dalam hadits (riwayat At Tirmidzi), seseorang akan ditanya tentang kehidupannya dan waktu yang dia habiskan.

Menonton sinetron menghabiskan waktu, sehingga tidak sepantasnya seorang muslim menyibukkan diri menontonnya.

Apabila di dalam sinetron tersebut terdapat perkara-perkara yang haram, maka menontonnya pun haram seperti: wanita yang berhias dan bertabarruj (tidak berhijab, menampakkan kecantikannya di hadapan selain mahram –pent), musik dan nyanyian, dan juga sinetron yang mengandung ajaran/pemikiran yang rusak, yang jauh dari tuntunan agama dan akhlak yang mulia. Begitu juga sinetron yang menampilkan perilaku yang tidak tahu malu dan merusak akhlak. Sinetron semacam ini tidak boleh ditonton.

(Diterjemahkan dari Al Muntaqa min Fatawa Syaikh Fauzan, juz 3 nomor 516 untuk blog http://ulamasunnah.wordpress.com)

Menunda Menikah untuk Belajar Agama

Oleh: Asy Syaikh DR. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali

Pertanyaan:
Di antara dua hal ini yang mana yang lebih dikedepankan; Menuntut ilmu atau menikah, dalam keadaan saya tahu bahwa saya tidak tahan lagi ingin segera menikah?
ٍ

Jawab:
Jika engkau mampu untuk bersabar dan belajar, maka hendaknya engkau bersabar. Maksudnya hendaknya kalian belajar sebelum kalian sibuk, sebagaimana yang pernah diucapkan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu.

Sebagian orang telah dipalingkan dari ilmu karena pernikahan. Setelah dia menikah, dia pun meninggalkan ilmu. Keadaan yang nyaman telah membuat dirinya terperdaya.

Jika dia memiliki kelapangan yang bisa menggabungkan dua masalahat (yaitu menuntut ilmu sambil berumah tangga –pent), maka ini bagus. Jika dia tidak bisa dan memandang dirinya bisa terjerumus dalam perbuatan keji dan melakukan zina, maka dalam kasus ini –demi ALLAH- lebih baik baginya untuk menikah, menjaga diri dan kehormatannya.

(Diterjemahkan oleh Abu Umar Al Bankawy dari http://www.rabee.net/show_fatwa.aspx?id=213)

Menyingkat Shalawat dengan SAW

Oleh: Al Lajnah Ad-Daimah (Dewan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia)

Soal:
Bolehkah menulis huruf ص yang maksudnya shalawat (ucapan shallallahu ‘alaihi wasallam). Dan apa alasannya?

Jawab:
Yang disunnahkan adalah menulisnya secara lengkap –shallallahu ‘alaihi wasallam- karena ini merupakan doa. Doa adalah bentuk ibadah, begitu juga mengucapkan kalimat shalawat ini.

Penyingkatan terhadap shalawat dengan menggunakan huruf – ص atau ص- ع – و (seperti SAW, penyingkatan dalam Bahasa Indonesia -pent) tidaklah termasuk doa dan bukanlah ibadah, baik ini diucapkan maupun ditulis.

Dan juga karena penyingkatan yang demikian tidaklah pernah dilakukan oleh tiga generasi awal Islam yang keutamaannya dipersaksikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Wabillahit taufiq, dan semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga serta para sahabat beliau.

Dewan Tetap untuk Penelitian Islam dan Fatwa

Ketua: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ibn Abdullaah Ibn Baaz;
Anggota: Syaikh ‘Abdur-Razzaaq ‘Afifi;
Anggota: Syaikh ‘Abdullaah Ibn Ghudayyaan;
Anggota: Syaikh ‘Abdullaah Ibn Qu’ood

(Fataawa al-Lajnah ad-Daa.imah lil-Buhooth al-’Ilmiyyah wal-Iftaa, – Volume 12, Halaman 208, Pertanyaan ke-3 dari Fatwa No.5069)

mengapa pakai "Ana, Antum dan Syukron?

“Ana”, bukan nama orang, artinya adalah “saya” atau “aku”. Kata sapaan dalam bahasa Arab ini banyak digunakan di kalangan pesantren atau aktivis Islam. Sementara orang Betawi menyebutnya “ane”, sebuah sapaan yang halus daripada “gue”. Biasanya digunakan untuk memberikan penghormatan kepada teman bicara atau kepada orang yang lebih dihormati atau lebih tua.

Nah, soal “ana” ini, salah seorang kawan saya, seorang Muslimah berjilbab yang aktivis Rohani Islam, (Rohis) sewaktu SMA kerap membahasakan diri sebagai “ana”.

“Ada Nurul tidak?” tanya saya kepada rekan sekelasnya. Saat itu saya hendak mengembalikan buku Fisika kepada kawan saya itu.

Anehnya, rekan sekelasnya itu tampak kebingungan. “Nurul? Yang mana?”

“Nurul Fadhliyah, yang pakai jilbab,” saya merinci deskripsi sang kawan. Sang kawan memang satu-satunya yang berjilbab di kelasnya. Kami berbeda kelas di jurusan A1 (Fisika).

Baru jelas rupanya. “O, si Ana! Itu ada di kelas.”

Rupanya nama “Ana” lebih populer daripada nama aslinya. Sampai sekarang sang kawan masih dipanggil “Ana”. Atau, sebagian cukup berkompromi, “Nurul Ana”.

Nah, nasib “antum” tak jauh beda. FYI, “antum” adalah sapaan halus untuk “kamu” atau “Anda”. Orang Betawi memakai “ente”, dari kata “anta” yakni orang kedua tunggal. Di kali lain, digunakan juga “aye”.

“Antum” sebetulnya untuk orang kedua jamak (lebih dari dua orang). Tapi sering digunakan untuk sapaan halus dan akrab. Sama seperti kebiasaan orang Indonesia menyebut “kami” sebagai pengganti “saya” — meskipun sang penyebut hanya satu orang — agar terdengar lebih sopan atau halus.

Sewaktu ramai kasus penangkapan tersangka teroris Muhammad Jibril, ada wawancara live via telepon di petang hari antara presenter sebuah TV swasta dan si tersangka pascapengumuman polisi bahwa Muhammad Jibril masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) Polri.

Sepanjang wawancara, sang presenter ber-”antum” ria dengan M. Jibriel, seakan mereka kawan lama dalam pergerakan Islam. Barangkali maksudnya agar lebih akrab dan ada chemistry dengan yang diwawancarai — yang memang banyak menggunakan istilah-istilah khos seperti antum, harokah atau ikhwan.

“Gimana perasaan antum?” dsb…Demikianlah wawancara tersebut berlangsung.

Hingga, saat menutup wawancara, si presenter pun mengatakan,”Terima kasih antum.”

Ah, serasa “antum” itu nama orang saja…

Sementara di sebuah milis, seorang kawan berbagi cerita mengenai pengalaman rekannya yang menerima sms tentang sebuah kabar demonstrasi.

Di ujung sms, si pengirim berterima kasih dengan ucapan “syukron”.

“Syukron” sendiri adalah ucapan terima kasih yang umum. Bentuk yang lebih halus — karena berisi doa — adalah “jazakallah” (ditujukan kepada lelaki) atau “jazakillah” (ditujukan kepada perempuan) atau “jazakumullah” (ditujukan kepada banyak orang) yang artinya “semoga Allah yang membalas (kebaikanmu)..” Lebih lengkapnya, jazakallah khoirol jaza’, semoga Allah membalas (kebaikanmu) dengan sebaik-baiknya balasan, atau cukup jazakallah khoir.

Back to laptop, si wartawati yang tertarik pada kabar itu ingin menindaklanjutinya. Ia pun menelpon nomor si pengirim dan membuka percakapan dengan, “Pak Syukron, saya dari….

Kesimpulannya, Kanjeng Nabi Muhammad benar 100 persen ketika berpesan,”Berbicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya.”

Mengapa jika ada yang mengucap syukron kita dianjurkan mengucap afwan?

Syukron dalam bahasa Indonesia berarti Terimakasih. Seandainya ada yang mengatakan kata “syukron” kepada kita, kadang kita bingung, kita mesti balasnya pakai apa. Sebenarnya kita bisa ngejawab dengan sama-sama, atau bisa juga dengan you are welcome :) , tapi kedengaranya terkesan sombong ya? hehe…

Ada salah satu ulama mengatakan, bahwa jika ada yang mengatakan “syukron” maka jawablah dengan “afwan”. Loh, afwan kan artinya maaf? , hehe… iya bener… , tapi didalam kata afwan itu ternyata ada maksud lengkapnya. afwan disini, dalam artian “maaf, saya tidak bisa memberikan/berbicara lebih dari ini”. Di dalam kata afwan/maaf ini, kita diajarkan untuk tidak bersikap sombong dengan mengacuhkan ucapan “syukron/terima kasih” dari lawan bicara kita. maka dianjurkanlah mengucap afwan setelah orang berucap syukron kepada kita.

semoga berguna.

Minggu, 19 Desember 2010

Happy Moslem New Year, 1 Muharram 1432 H

I would like to express my kindest regards to my families, all colleagues,

brothers and sisters and all my beloved students….


From the deepest of all my heart,

HAPPY MOSLEM NEW YEAR 1 Muharram 1432 H…

May Allah SWT always guide and keep us on his way. Amin.

Sabtu, 18 Desember 2010

Legenda dan Mitos Hari 'Asyura

Assalamu'alaikum

Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari 'Asyura, meskipun tidak ada sumber otentiknya dalam Islam. Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari'Asyura Nabi Adam diciptakan, pada hari 'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada hari 'Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari 'Asyura Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada
Hari 'Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari 'Asyura.

Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari 'Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak bisa dikaitkan dengan
peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari 'Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan
hari 'Asyura.

Anggapan-anggapan yang salah lainnya tentang bulan Muharram adalah kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain terbunuh pada bulan itu. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus sebagai
tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala, apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada sendiri.

Nabi Muhammad sangat melarang umatnya melakukan upacara duka karena meninggalnya seseorang dengan cara seperti itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada zaman jahiliyah.

Rasulullah bersabda, "Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman jahiliyah."

Semoga kita termasuk umat Nabi Muhammad tergolong orang-orang yang beruntung dan tentunya syafa'at beliau selalu kita dambakan. amin..
wallohu a'lam bissowab
wassalamu'alaikum

Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram

Assalamu'alaikum kawan-kawan seperjuangan

apa yang sudah anda kerjakan pada bulan muharram ini?
hemm.. tentunya introspeksi kan?...
Nah, Di Tahun Baru Hijriyah 1432 H ini, dianjurkan agar dalam menyambut tahun baru tersebut kita melakukan perenungan tentang:

1. Syukur atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah.

2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar.
Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.

3. Mengenang Hijrah Rasulullah SAW
Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan di dalamnya.

Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram

a. Bulan Haram
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36).
Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.
Sebagaimana ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini, shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah : "Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha" (Q.S. al Baqarah :238) Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki tekanan khusus untuk dihindari pada bulan ini.

b. Bulan Allah
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan sebagainya.
Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (H.R. Muslim)
c. Sunnah Berpuasa
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul 'Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah yang berarti sepuluh.
Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah saw. kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :

1.Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Ibnu Abbas ra berkata :
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : "Hari apa ini?. Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda :
"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“
Maka beliau nerpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari dan Muslim)
4.Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : "Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda :"Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw. bersabda : "Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“
Selain hadis-hadis yang menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada ibadah khusus yang dianjurkan Rasulullah untuk dikerjakan di bulan Muharram ini.

Bagaimana Berpuasa di bulan Asyuro :
Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :
- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11)
- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits
- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :
1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)
2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh).
Adapun puasa tanggal 9 dan 10, dinyatakan jelas dalam hadis yang shahih, dimana Rasulullah  pada akhir hidup beliau sudah merencanakan untuk puasa pada tanggal 9. hanya saja beliau meninggal sebelum melaksanakannya. Beliau juga memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal 10 agar berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi.
Sedangkan puasa pada tanggal sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya, meskipun pendapat ini tidak dikuatkan sebagian ulama yang lain.
Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan anjuran Rasulullah saw untuk melakukan puasa,sekalipun itu hukumnya tidak wajib tetapi sunnah muakkadah, dan tetunya kita berusaha untuk menghidupkan sunnah yang telah banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.

d. Diantara Peristiwa di Bulan Muharram
Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam sejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein  cucu Rasulullah  di sebuah tempat yang bernama Karbala. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Peristiwa Karbala”. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung Khalifah yang sedang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin Mu’awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat itu tidak menghendaki pembunuhan tersebut.
Peristiwa tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang mengenang atau membaca kisahnya, apalagi terhadap orang yang dicintai Rasulullah , dan kita tentu mencintai dan memuliakannya. Namun musibah apapun yang terjadi dan betapapun kita sangat mencintai keluarga Rasulullah , hal itu jangan sampai membawa kita larut dalam kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka dengan memukul-mukul diri, menangis apalagi sampai mencela shahabat Rasulullah  yang tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok syi'ah yang mengaku memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), pdahal kenyataanya tidak demikian.

e. Adat Istiadat di Tanah Air
Pada awal Muharram, yang sering dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang mengarah pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini harus dihindari oleh setiap muslim dimanapun mereka berada.
Rasulullah  telah mengajarkan pada kita agar memiliki jati diri sebagai seorang Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh budaya atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah. Ajaran yang dibawa Rasulullah telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau menguranginya.
Karena sebaik-baik pedoman adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, yang tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang kepada keduanya dengan mengikuti pemahaman para sahabat, tabi'in dan penerus mereka yang setia berpegang kepada sunnahnya dan meniti jalannya, adapun hal-hal baru dalam masalah agama adalah sesat sedangkan kesesatan itu akan menghantarkan ke neraka, wal'iyadzubillah.
Smoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah swt. Kejalan-Nya yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunany-Nya, amin ya rabbal 'alamin.

wallohu a'lam bissowab
wassalamu'alaikum

Jumat, 17 Desember 2010

MUHARRAM BULAN KERAMAT?

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Sebagian masyarakat masih meyakini bila bulan Muharrom tiba, maka pertanda telah datang bulan yang penuh keramat. Diantara mereka sampai takut jika menikahkan putrinya pada bulan ini karena sugesti keyakinan tersebut. Perkara ini kelihatannya sepele namun kenyataannya tidak demikian, lantaran sudah masuk dalam wilayah syirik sedangkan syirik adalah dosa yang terbesar. Namun, benarkah bahwa bulan Muharrom bulan keramat? Adakah amalan khusus pada bulan ini? Cermati ulasan berikut. Wallohul Muwaffiq

BULAN MUHARROM DALAM PANDANGAN ISLAM

Bulan Muharrom atau dalam istilah jawa dikenal dengan nama bulan suro adalah bulan Alloh yang sangat agung. Dia adalah bulan pertama dalam kalender Islam, termasuk bulan-bulan harom. Alloh berfirman:


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ وَقَاتِلُواْ الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS.at-Taubah: 36)

Dari Abu Bakroh dari Nabi Shollallohu `Alaihi Wasallam bahwasanya dia bersabda:


السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَان
Satu tahun itu dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan harom. Tiga bulan berturut-turut; Dzul qo`dah, Dzulhijjah dan Muharrom. Satunya lagi adalah bulan Rajab yang terletak antara bulan Jumada Tsani dan Sya`ban. [HR. Bukhori 2958]

Hasan al-Bashri berkata: “Sesungguhnya Alloh membuka awal tahun dengan bulan harom, dan menutup akhir tahun dengan bulan harom pula. Tidak ada bulan yang lebih agung disisi Alloh setelah Romadhon dibandingkan bulan Muharrom”.[Lathoitul Ma`arif. Ibnu Rojab hal 79]

Keagungan bulan ini bertambah mulia dengan penyandaran bulan ini kepada Alloh. Nabi menyebutkan bulan Muharrom dengan nama Syahrulloh (bulan Alloh). Rosululloh bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling afdhol setelah puasa Romadhon adalah puasa pada Syahrulloh al-Muharrom. [ HR. Muslim: 1163]

Al-Hafizh Ibnu Rojab mengatakan: “Nabi memberi nama Muharrom dengan Syahrulloh. Penyandaran bulan ini kepada Alloh menunjukkan kemuliaan dan keutamaannya. Karena Alloh tidak akan menyandarkan sesuatu kepada dirinya kecuali pada makhluknya yang khusus”. [Lathoiful Ma`arif. Hal. 81]

Demikianlah kemuliaan dan keagungan bulan Muharrom menurut pandangan Islam. Lantas, atas dasar apakah keyakinan sebagian orang bahwa Muharrom adalah bulan keramat? Ataukah hal ini hanya sebuah khurafat ala jahiliyah yang masih mengurat dalam hati??!

Wallohu a'lam bissowab..
Wassalamu'alaikum wr.wb

Kamis, 16 Desember 2010

apa ya keistimewaan bulan muharrom..??

MUHARROM TIBA..APA KEISTIMEWAAN MUHARROM..? YUK KITA SIMAK...!!!

Bulan muharam adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah. Bulan ini termasuk salah satu dari empat bulan haram (suci), sebagai mana yang difirmankan oleh Allah:

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”. (At-Taubah: 36).

Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan yang tersebut dalam ayat di atas adalah Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab.

Ketika haji wada’ Rasulallah bersabda:

Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda: “Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).



Dalam hadist di atas Nabi SAW hanya menyebut nama empat bulan, dan ini bukan berarti selain dari nama bulan yang disebut di atas tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak disebutkan dalam hadist diatas. Dan kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kesucian, ada Lailatul Qadar, juga dinamakan dengan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka.

Ibnu Rajab al-Hambali ( 736 – 795 H ) mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah (bulan Allah) karena memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharam. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah SWT dalam mensucikankan bulan Muharam.

Bulan Muharram mempunyai karakteristik tersendiri, dan diantara karakteristik bulan Muharram adalah:

Pertama: Semangat Hijrah Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Kita seharus merenung kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah.

Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).

Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura) Atau penangalan Tahun Saka bagi suku Jawa yang berasal dari Raja Aji Saka.

Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.

Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai zaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi agama dan umat Islam. Selain Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Beliaulah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).

Dalam sejarah hijrah nabi dari Makkah ke madinah terlihat jalinan ukhuwah kaum Ansor dan Muhajirin yang melahirkan integrasi umat Islam yang sangat kokoh. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Hadis Rasulullah yang sangat populer menyatakan, ”Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung”.

Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.” Oleh karena itu, sesuai dengan firman Allah:

”Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat) dan bertakwalah, sesungguhnya Allah maha tahu dengan apa yang kamu perbuatkan”. (QS. Al-Hasyar: 18).

Karakteristik Kedua: Di sunnahkan berpuasa Pada zaman Rasulullah, orang Yahudi juga mengerjakan puasa pada hari ‘asyuura. Mereka mewarisi hal itu dari Nabi Musa AS.

Dari Ibnu Abbas RA, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa.

Rasulullah SAW bertanya, “Hari apa ini? Mengapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Ini hari yang agung, hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun. Maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa. “Rasulullah SAW bersabda, “Kami orang Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa daripada kalian.” (HR. Abu Daud).

Puasa Muharram merupakan puasa yang paling utama setelah puasa ramadhan. Rasululllah SAW bersabda: Dari Abu Hurairah RA, Rasululllah SAW bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa dibulan muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim, Abu Daud, Tarmizi, dan Nasa’ ).

Puasa pada bulan Muharam yang sangat dianjurkan adalah pada hari yang kesepuluh, yaitu yang lebih dikenal dengan istilah ‘asyuura.

Aisyah RA pernah ditanya tentang puasa ‘asyuura, ia menjawab, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW puasa pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada hari itu atas hari-hari lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam.” (HR Muslim).

Dalam hadits lain Nabi juga menjelaskan bahwa puasa pada hari ‘asyura (10 Muharram) bisa menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lewat.

Dari Abu Qatadah RA, Rasululllah SAW ditanya tentang puasa hari ‘asyura, beliau bersabda: ”Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat” (HR. Muslim).

Disamping itu disunnahkan untuk berpuasa sehari sebelum ‘Asyura yaitu puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda Nabi SAW yang termasuk dalam golongan sunnah hammiyah (sunnah yang berupa keinginan/cita2 Nabi tetapi beliau sendiri belum sempat melakukannya):

Ibnu Abbas RA menyebutkan, Rasulullah SAW melakukan puasa ‘asyuura dan beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat berkata, “Ini adalah hari yang dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Tahun depan insya Allah kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharam.” Namun, pada tahun berikutnya Rasulullah telah wafat. (HR Muslim, Abu Daud).

Berdasar pada hadis ini, disunahkan bagi umat Islam untuk juga berpuasa pada tanggal sembilan Muharam. Sebagian ulama mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9, 10, 11 Muharam.

Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Puasalah pada hari ‘asyuura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah sehari sebelum ‘asyuura dan sehari sesudahnya.” (HR Ahmad).

Ibnu Sirrin berkata: melaksanakan hal ini dengan alasan kehati-hatian. Karena, boleh jadi manusia salah dalam menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh jadi yang kita kira tanggal sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal sepuluh. (Majmuu’ Syarhul Muhadzdzab VI/406) .

Mudah-mudahan dengan masuknya awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup kita kedepan agar lebih baik dan bermanfaat bagi umat manusia, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.



yaumul ‘Asyuroh

Alhamdulillahi Robbil ‘alamin ‘alan ni’matil Islam wal iman, Ashadu An Laa ilaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadar rosulullah. Allahumma sholli wasallim ‘ala sayyidina Muahmmadin wa’ala alihi washohbihi ajma’in.

Bulan Muharrom adalah termasuk dari asyhurul hurum(bulan yang istimewa menurut Allah)selain bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Rojab. Dalam bulan ini juga ada hari dimana Allah banyak memberi kenikmatan/kemenangan bagi kaum muslimin dan kesialan/adzab bagi kaum kafirin yang menentang perintah Allah.

Banyak diceritakan ummat terdahulu(jaman sebelum nabi Muhammad) tentang keistimewaan bulan Muharrom. Diantaranya kisah Nabi Nuh AS dengan banjirnya, Nabi Sholeh AS dengan untanya, nabi Yunus dukeluarkan dari perut ikan hiu, Nabi Musa dengan tenggelamnya fir’aun dan komplotannya, dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bulan ini, dan kesemuanya itu terjadi tepat pada hari Asyuroh.

Asyuroh berasal dari bahasa Arab yang artinya “hari kesepuluh”. Dalam bahasa jawa hanya diambil belakangnya saja menjadi “Suro”. Pada jaman Nabi Muhammad SAW orang-orang yahudi berpuasa pada hari ini, kemudian nabi bertanya kepada para sahabat “Kenapa orang Yahudi berpuasa pada hari asyuroh ini? maka shohabat menjawab mereka berpuasa pada hari ini karena rasa senang mereka atas kemenangan yang didapat oleh Nabi mereka(yaitu sebelum nabi Muhammad). Kemudian nabi bersabda, kita lebih berhak atas mereka”. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa puasa hari Asyuroh adalah sunnah. Hari ini juga ada yang menyebut sebagai Hari raya anak Yatim. Kalau didesaku, hari ini digunakan untuk menyantuni anak yatim.

Selain itu juga ada hari Tasu’ah, dari bahasa arab tis’ah yang artinya “hari kesembilan”. Pada hari ini nabi pernah bersabda yang artinya kurang lebih demikian “kalau aku masih hidup tahun depan, maka aku akan puasa Tasu’ah”. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa puasa Tasu’ah juga sunnah.

Maka para Ulama’ bersepakat bahwa Puasa hari Tasu’ah dan Asyuroh adalah sunnah, puasa Asyuroh saja ada yang membolehkan juga ada yang memakruhkan(dikarenakan nabi tidak suka menyamakan dengan kelakuan kaum yahudi dan kuffar).

Semoga kita termasuk golongan yang mendapat rohmat Allah dan kaum yang mengikuti sunnah Nabi, serta kelak di akhirat dikumpulkan bersama orang-orang sholeh, para muhibbin serta para shohabat dibawah bendera Sayyidina Muhammad SAW… amin…